1. Produksi berlebihan (Overproduction)
Produksi berlebihan adalah satu dari tujuh pemborosan di tempat kerja, penyebab terbesar terhadap pemborosan-pemborosan yang lainnya.
Produksi berlebihan terjadi ketika menghasilkan barang pada saat itu belum diperlukan, sebelum pelanggan memesannya atau sebelum proses berikutnya dimulai di dalam sistem produksi.
Produksi berlebihan terjadi ketika menghasilkan barang pada saat itu belum diperlukan, sebelum pelanggan memesannya atau sebelum proses berikutnya dimulai di dalam sistem produksi.
Produksi berlebihan adalah membuat lebih banyak dari yang diperlukan pada proses berikutnya, membuat lebih dini dari yang diperlukan pada proses berikutnya, atau pembuatan lebih cepat dari yang diperlukan pada proses berikutnya.
Produksi berlebihan adalah memproduksi barang sebelum barang itu sebenarnya diperlukan.
Produksi berlebihan sangat merugikan industri manufaktur karena menghambat aliran material dan sebenarnya menurunkan produktivitas dan mutu. Cara menghindarinya adalah dengan sistem produksi "Just In Time".
Produksi “Just In Time” (JIT) adalah hanya membuat barang sesaat diperlukan.
Memproduksi barang yang berlebihan disebut sebagai “Just In Case”. Misalnya “In Case” mesinnya rusak, “In Case” hasilnya ditemukan cacat, “In Case” kiriman terlambat, dll. Kegiatan ini menimbulkan lead-time yang lama, akibatnya biaya penyimpanan menjadi tinggi, dan menjadi sulit untuk mengetahui adanya cacat. Pemecahan sederhana dari produksi berlebihan adalah dengan cara menutup keran, diperlukan keberanian dalam mengambil langkah ini karena masalah yang tersembunyi akibat dari produksi yang berlebihan akan terungkap. Konsepnya adalah hanya menjadwalkan dan memproduksi apa yang segera bisa dijual atau dikirim dan memperbaiki changeover mesin atau memperpendek waktu set-up.
Produksi berlebihan adalah Pemborosan terbesar hasil dari sebuah kapitalisme.
1.1 Penyebab dari produksi berlebihan
- Proses-proses yang bottleneck
- Kapasitas dalam rangkaian yang tidak seimbang
- Masalah Mutu
- Waktu changeover yang panjang, mengakibatkan kebutuhan ukuran dalam batch yang besar
- Logistik yang buruk
- Layout yang buruk (tanpa pola aliran)
- Mesin yang tidak dapat diandalkan
- Lebih menekankan untuk menjaga agar mesin tetap beroperasi daripada mengoptimalkan penggunaan material
- Pengoptimalan hanya pada lingkup lokal
- Praktik-praktik penghematan yang terlalu fokus pada investasi yang sudah terjadi
- Mental "nanti kalau ..." atau "Just In Case ..."
- Penjadwalan yang tidak stabil
- Menciptakan pemborosan persediaan dan pemborosan lainnya
- Kelebihan persediaan (meningkatkan biaya penyimpanan dan biaya penaganan)
- Aliran material yang buruk
- Aliran informasi yang buruk
- Lead time yang lama
- Mutu yang buruk (sulit untuk mendeteksi cacat di dalam batch produksi yang panjang)
- Meningkatkan biaya tenaga kerja
- Tidak ada Jadwal Produksi (Production Schedule) atau Papan Kendali Hasil Produksi (Production Control Board)
- Jadwal produksi tidak diselaraskan dengan permintaan (Leveled)
- Aktivitas produksi tidak selaras dengan Jadwal Produksi
- Ada item yang hilang
- Memproduksi Cacat (Defect)
- Mesin Rusak (Breakdown)
- Aktivitas produksi terlalu banyak dipandu
- Kelebihan kapasitas
- Lot produksi dikelompokkan menjadi batch produksi
- Produksi memaksa proses berikutnya untuk menerima, bukan berdasarkan kebutuhan dari proses berikutnya
- Beroperasinya model "Caravan"
- Aktivitas produksi tidak seimbang dengan proses berikutnya
- Cara produksi dengan sistim tarik
- Penjadwalan dan hanya memproduksi apa yang segera dapat dijual / dikirim
- Meratakan produksi atau "HEIJUNKA"
- Menerapkan sistim "KANBAN"
- Menurunkan waktu set-up mesin / changeover - SMED
- Menurunkan ukuran lot
- Statistical Process Control - SPC
- Menerapkan sistim anti kesalahan - "Poka-Yoke"
- Preventive maintenance dan perawatan mandiri oleh operator